Drama Keluarga, Kisah Cinta, dan Revolusi Kuba
Revolusi Kuba yang dimotori Fidel Castro dan Che Guevara pada 1950-an menjadi latar belakang film panjang arahan sutradara yang juga seorang aktor, Andy Garcia, The Lost City. Guillermo Cabrera Infante yang menulis The Three Tigres, novel yang mengilhami film ini, juga menuliskan skenario untuk Garcia.
Revolusi Kuba hanyalah sebagai latar belakang sebuah kisah drama keluarga dan percintaan di keluarga Fellove. Adalah Fico (Andy Garcia), anak tertua di keluarga itu, yang menjadi fokus penceritaan. Ia seorang pemilik kabaret sekaligus kelab malam El Tropico di ibu kota Havana. Dua saudaranya sangat berbeda. Ricardo (Enrique Murciano) dan Luis (Nestor Carbonell) merupakan Fidelista, pejuang revolusi pengikut Fidel Castro.
Havana, sebelum tahun 1958 mendapat julukan Paris of the Carribean, dengan sinar matahari di siang hari dan musik dari kelab di malam hari. Bahkan, kota ini menjadi salah satu yang menginspirasi para desainer Amerika dan Eropa. Namun, di antara kedamaian itu, kelompok pemberontak yang dipimpin Fidel menjalankan gerakan bawah tanah.
Keadaan Havana yang begitu bertolak belakang itu digambarkan di awal film. Dua orang memasuki sebuah restoran, tanpa beban ia menembak seorang pengunjung. Ini adalah sebuah ketakutan bagi sebagian orang di kota itu. Lepas dari adegan itu, kemeriahan kelab malam dengan penari kabaret yang glamor dimunculkan, sebuah gambaran kota yang seakan tanpa masalah.
Sejarah dan Drama
Meskipun sarat peristiwa sejarah dengan tokoh-tokoh melegenda, film ini sebenarnya hanya mengisahkan drama keluarga yang amat tragis pasca-Revolusi Kuba 1959. Federico (Thomas Millian), ayah Fico, memiliki sebuah tradisi makan bersama di hari Minggu, tepat pukul enam. Ketiga anaknya, dengan dua menantu, selalu hadir. Gambaran perubahan juga dimunculkan melalui tradisi ini ketika perlahan-lahan putra-putranya mulai menghilang satu per satu.
Film produksi CineSon, rumah produksi milik Andy Garcia, ini tergolong panjang. Dengan durasi 143 menit, Andy bukan saja menggambarkan Revolusi Kuba dari dua sisi, sebuah keluarga biasa dan para pemimpin revolusi. Che Guevara (Jsu Garcia) dan Fidel Castro sempat dimunculkan meskipun tidak utuh. Guevara yang mengilhami banyak orang di seluruh dunia digambarkan sebagai seseorang yang tidak simpatik dengan ledekan yang selalu keluar dari mulutnya. Bukan hanya Guevara, Fulgencio Batista (Juan Fernandez), digambarkan seperti seorang pelawak dengan hal-hal tidak penting yang sering diperbuatnya.
Ketika Luis akhirnya tewas terbunuh pascaserangan istana presiden, sebuah cerita baru dimunculkan. Kisah ini bukan hanya drama keluarga yang menjadi penggambaran Revolusi Kuba dalam skala kecil. Kisah cinta Fico dengan janda mendiang adiknya Luis, Aurora (Ines Sastre), menjadi bagian penting dari cerita film yang juga memunculkan aktor Dustin Hoffman ini.
Cinta mereka bukannya ahistoris. Luis sendiri mengetahui bahwa di hati istrinya hanya ada Fico dan demikian pula sebaliknya. Andaikan Aurora menjadi perempuan biasa, berakhirlah kisah ini dengan kebahagiaan. Namun, sejak kematian Luis, Aurora bertekad menjadi bagian dari kelompok revolusi itu dalam memimpin Kuba.
Di antara kisah cinta Fico dan Aurora yang dibuat rumit, Garcia tetap menggambarkan Kuba pascarevolusi. Fidel yang seorang sosialis menjalankan negara dengan perubahan yang mengejutkan.
Fico dan kelab malamnya menjadi gambaran utuh dari perubahan-perubahan yang diterapkan Fidel. Tiba-tiba kegiatan berkesenian dikontrol pemerintah, alat musik dari negeri imperialis dilarang yang akhirnya berujung pada pelarangan seluruh unsur di kelab malam. Di situlah puncak imigrasi warga Kuba ke New York, demi mencari kebebasan berekspresi.
Andy Garcia yang kelahiran Havana ini mulai memikirkan proyek ini sejak 16 tahun silam. Budaya Kuba yang ia munculkan begitu kental.
Musik yang ia gunakan, lebih dari 40 komposisi, semuanya menggambarkan Kuba. Ada mambo, cha cha cha, dan rumba, dan bunyi-bunyian yang dihasilkan santeria yang menggambarkan kemeriahan kelab malam Havana sebelum revolusi.
Revolusi Kuba yang dimotori Fidel Castro dan Che Guevara pada 1950-an menjadi latar belakang film panjang arahan sutradara yang juga seorang aktor, Andy Garcia, The Lost City. Guillermo Cabrera Infante yang menulis The Three Tigres, novel yang mengilhami film ini, juga menuliskan skenario untuk Garcia.
Revolusi Kuba hanyalah sebagai latar belakang sebuah kisah drama keluarga dan percintaan di keluarga Fellove. Adalah Fico (Andy Garcia), anak tertua di keluarga itu, yang menjadi fokus penceritaan. Ia seorang pemilik kabaret sekaligus kelab malam El Tropico di ibu kota Havana. Dua saudaranya sangat berbeda. Ricardo (Enrique Murciano) dan Luis (Nestor Carbonell) merupakan Fidelista, pejuang revolusi pengikut Fidel Castro.
Havana, sebelum tahun 1958 mendapat julukan Paris of the Carribean, dengan sinar matahari di siang hari dan musik dari kelab di malam hari. Bahkan, kota ini menjadi salah satu yang menginspirasi para desainer Amerika dan Eropa. Namun, di antara kedamaian itu, kelompok pemberontak yang dipimpin Fidel menjalankan gerakan bawah tanah.
Keadaan Havana yang begitu bertolak belakang itu digambarkan di awal film. Dua orang memasuki sebuah restoran, tanpa beban ia menembak seorang pengunjung. Ini adalah sebuah ketakutan bagi sebagian orang di kota itu. Lepas dari adegan itu, kemeriahan kelab malam dengan penari kabaret yang glamor dimunculkan, sebuah gambaran kota yang seakan tanpa masalah.
Sejarah dan Drama
Meskipun sarat peristiwa sejarah dengan tokoh-tokoh melegenda, film ini sebenarnya hanya mengisahkan drama keluarga yang amat tragis pasca-Revolusi Kuba 1959. Federico (Thomas Millian), ayah Fico, memiliki sebuah tradisi makan bersama di hari Minggu, tepat pukul enam. Ketiga anaknya, dengan dua menantu, selalu hadir. Gambaran perubahan juga dimunculkan melalui tradisi ini ketika perlahan-lahan putra-putranya mulai menghilang satu per satu.
Film produksi CineSon, rumah produksi milik Andy Garcia, ini tergolong panjang. Dengan durasi 143 menit, Andy bukan saja menggambarkan Revolusi Kuba dari dua sisi, sebuah keluarga biasa dan para pemimpin revolusi. Che Guevara (Jsu Garcia) dan Fidel Castro sempat dimunculkan meskipun tidak utuh. Guevara yang mengilhami banyak orang di seluruh dunia digambarkan sebagai seseorang yang tidak simpatik dengan ledekan yang selalu keluar dari mulutnya. Bukan hanya Guevara, Fulgencio Batista (Juan Fernandez), digambarkan seperti seorang pelawak dengan hal-hal tidak penting yang sering diperbuatnya.
Ketika Luis akhirnya tewas terbunuh pascaserangan istana presiden, sebuah cerita baru dimunculkan. Kisah ini bukan hanya drama keluarga yang menjadi penggambaran Revolusi Kuba dalam skala kecil. Kisah cinta Fico dengan janda mendiang adiknya Luis, Aurora (Ines Sastre), menjadi bagian penting dari cerita film yang juga memunculkan aktor Dustin Hoffman ini.
Cinta mereka bukannya ahistoris. Luis sendiri mengetahui bahwa di hati istrinya hanya ada Fico dan demikian pula sebaliknya. Andaikan Aurora menjadi perempuan biasa, berakhirlah kisah ini dengan kebahagiaan. Namun, sejak kematian Luis, Aurora bertekad menjadi bagian dari kelompok revolusi itu dalam memimpin Kuba.
Di antara kisah cinta Fico dan Aurora yang dibuat rumit, Garcia tetap menggambarkan Kuba pascarevolusi. Fidel yang seorang sosialis menjalankan negara dengan perubahan yang mengejutkan.
Fico dan kelab malamnya menjadi gambaran utuh dari perubahan-perubahan yang diterapkan Fidel. Tiba-tiba kegiatan berkesenian dikontrol pemerintah, alat musik dari negeri imperialis dilarang yang akhirnya berujung pada pelarangan seluruh unsur di kelab malam. Di situlah puncak imigrasi warga Kuba ke New York, demi mencari kebebasan berekspresi.
Andy Garcia yang kelahiran Havana ini mulai memikirkan proyek ini sejak 16 tahun silam. Budaya Kuba yang ia munculkan begitu kental.
Musik yang ia gunakan, lebih dari 40 komposisi, semuanya menggambarkan Kuba. Ada mambo, cha cha cha, dan rumba, dan bunyi-bunyian yang dihasilkan santeria yang menggambarkan kemeriahan kelab malam Havana sebelum revolusi.